Ketika Jejakku Menginspirasimu
Blog seorang tenaga medis yang senang bercerita seputar inspirasi, pendidikan, dan teknologi

Perihal Menulis dan Bicara bagi Blogger

Sebuah lomba bikin deg-degan pemenang, really? Bukannya merasa puas dan senang dengan kemenangan malah bolak-balik cek pesan di WA, menunggu dihubungi pihak panitia. Apa pasal? Ternyata, ini berhubungan dengan kemampuan public speaking seorang blogger yang patut dipertanyakan. Hahaha.

Memilih Menulis untuk Menutupi Kemampuan Bicara

Mengasah Kemampuan Public Speaking

Padahal, jatuh cinta pada saat memulai menulis ditu dikarenakan kemampuan bicara yang dirasa seadanya. Tidak jauh lebih baik dari kemampuan merangkai kata. Lebih gampang pula karena nggak perlu setor muka. Eh.

Menulis menjadi jalan menyuarakan apa yang ingin disampaikan pada orang lain. Dalam berbagai media, tulisan bisa dirangkai lalu menemui banyak pembaca. Jika bicara, bisa jadi hanya satu atau dua individu yang terpapar. 
Satu Peluru Bisa Menembus Satu Kepala, Satu Kata Bisa Menembus Jutaan Kepala
Dan lagi, seperti kuis di masa kanak-kanak, satu pesan bisa menjadi berjuta pesan di akhir. Ya, kalau canda teman saya, tak sama dengan uang yang bisa berkurang, pesan berantai justru bertambah, beda dengan versi asli maksudnya. 

Kemajuan Zaman Menuntut Kemampuan Bicara

Istilahnya, dengan satu kemampuan kita bisa mendapatkan satu hal yang diinginkan. Tapi jika banyak kemampuan tentu bisa merengkuh banyak asa lainnya. Pun begitu dengan seorang blogger, kan?

Niat awal Rekam Jejak Sang Pemimpi dibangun adalah menebar kebermanfaatan sembari merekam jejak tulisan yang tayang di media. Meski sebelum tulisan disebarkan, penulis sudah merasa ulasan tersebut lengkap, tetapi beberapa hal masih disuarakan sebagai hal yang perlu mendapat penjelasan lanjut. Pembaca pun bertemu saya di platform lain, Instagram dan WhatsApp, misalnya. 

Mungkin itu mengapa di masa live platform media sosial ini, penulis dan blogger ikut ambil bagian di dalamnya. Tulisan sudah ada di dalam buku, artikel sudah tayang di blog, tapi mereka merasa perlu untuk mendengungkan karya tersebut dalam bentuk lisan sebagai pelengkap tulisan. 

Mengasah Kemampuan Public Speaking Apakah Se-Urgent Itu?

Bagi saya, berbicara di depan umum adalah suatu hal yang selalu menimbulkan sensasi luar biasa. Seolah saya dituntut untuk memberikan nilai lebih dalam performa di depan khalayak. 

Seperti saat beberapa pekan yang lalu meraih juara dalam sebuah maraton menulis artikel. Sukses menyelesaikan tantangan dengan setoran 50 artikel di hari ke sepuluh membuat pihak panitia memberikan apresiasi tak hanya uang tunai, tetapi juga berbicara perihal tip dan trik kemenangan tersebut.

Bikin panas dingin sebelumnya, sih, Hahaha. Meskipun pada akhirnya cukup melegakan sebab di pikiran semua sudah jelas alurnya. Apa-apa yang mau disampaikan juga bukan hal semeraut seperti benang kusut. 
Sampaikan saja apa adanya, maka itu akan lebih baik, daripada sibuk memilih kata yang belum tentu jelas menyentuh pikiran pembaca. 
Sesimpel itu tapi ternyata nggak sederhana waktu pelaksanaan. Tapi nggak ada alasan berhenti belajar, kan? Bisa saja dalam beberapa forum bicara yang kini dijalani bermanfaat di masa depan dalam ruang dengar yang lebih besar.

Cita-cita yang hibernasi kini masih tetap bicara di depan mahasiswa. Menyampaikan materi, berdiskusi, dan berbagi hal lainnya. Setelah tiga tahun menekuni cuap-cuap tersebut, kini ada amanah lain yang harus diemban. Jadi, biarkan ia tidur sejenak tapi tentu saja tak melewatkan momen-momen 'mengajar' dalam ruang lainnya, misalnya pertemuan melalui gmeet saat mengajar di kelas blog dasar, memberi paparan materi saat magang menulis artikel di sebuah platform digital hingga ditagih trik menaklukkan maraton menulis artikel tempo lalu.

Lewat Platform Online, Belajar Public Speaking Bisa Dilatih

Beberapa saat yang lalu, saya berkesempatan mengikuti zoom public speaking webinar - How to be A Great Public Speaking. Walaupun secara daring, peserta antusias sejak awal materi dipaparkan karena langsung dipraktikkan. Seperti saat mengucapkan nama pun ada tekniknya agar suara tidak 'cempreng' dan mendapatkan perhatian lawan bicara. 

Meskipun ada juga pendapat yang mengatakan lebih berpengaruh jika belajar tentang public speaking secara luring, saya kira tak ada salahnya untuk juga mengambil manfaat dari aktivitas daring, bukan? Jika kita berkesempatan mendapatkan keduanya, tentu ini lebih baik lagi. 

Penutup

Menuju akhir tulisan ini saya juga ingin bilang bahwa di zaman serba digital itu kita diminta untuk ambil bagian agar bisa lebih jauh menebar manfaat. Menyuarakan visi dan misi kita melalui tarian pena dan untaian kalimat bermakna adalah kolaborasi senjata andalan. 

Menulis dan bicara bagi penulis dan blogger bukan kedua hal yang harus dipilih atau dibandingkan, tetapi harus dikombinasikan. Ada saatnya satu hal bisa ditulis dalam beberapa kalimat, tapi ada pula hal-hal yang perlu diperjelas melalui sebuah pembicaraan. 

Menulis dan bicara adalah perihal bagaimana kita mengumpulkan lebih banyak hal-hal yang terserak. Bisa jadi tanpa disadari ada pernak-pernik yang tercecer dalam tulisan. Bicara menjadi pemersatu sehingga menimbulkan satu arti.

Saya ucapkan selamat ulang tahun untuk Gandjel Rel ke-8. Tema lomba blog menulis vs bicara di depan umum ini menjadi satu artikel yang membahagiakan saya saat menuliskannya. Seolah memberikan semangat bahwa masih ada rekam jejak impian saya di masa depan yang tidak boleh dilupakan. 

Barakallah fii umrik, Gandjel Rel. Semoga senantiasa menjadi komunitas blogger berjaya dan berdaya. 

11 komentar

  1. Terima kasih sudah ikut lombanya, semoga makin piawai menulis dan berbicara di depan umum yaa

    BalasHapus
  2. Aku salah satu dari mereka yang lebih bisa berbicara lewat aksara daripada lisan. Beberapa kali, karena kondisi, akhirnya harus berbicara menggunakan lisan di depan publik (dengan gemetaran). Haha. Tak semudah itu ternyata berbicara di depan banyak orang walau akhirnya terbiasa juga.

    BalasHapus
  3. Barakallah fii umrik Gandjel Rel. Setuju sekali nih aku ka. Menulis dan public speaking bukan pilihan tapi keahlian yang bisa dimiliki semua orang asalkan orangnya mau berlatih. Aku juga masih terus belajar tentang keduanya

    BalasHapus
  4. Itulah kita manusia, ada yang mahir dalam berbicara, ada pula yang sangat telaten dalam menulis, tapi insyaAllah tak sedikit juga yang belajar dan mampu dalam kedua hal tersebut.
    Btw, selamat ulang tahun juga untuk Gandjel Rel

    BalasHapus
  5. zaman sekarang kayaknya public sepaking salah satuskill yang memang harus dikuasai deh ya mbak. Wajib. untuk semua sie kehidupan dibutuhkan skill ini.

    BalasHapus
  6. Kemampuan public speaking memang harus dilatih menjadi salah satu skill yang kita pelajari karena manfaatnya benar-benar banyak banget ehe

    BalasHapus
  7. Setuju banget. Menulis dan bicara emang 2 hal yang ga bisa dipilih, meski sebenarnya banyak penulis yang menjadikan tulisannya secara cara untuk berbicara. Aku sendiri lumayan suka bicara dan interaksi sama orang, tapi lumayan kesulitan kalau harus public speaking. Mungkin harus banyak belajar lagi supaya terbiasa.

    BalasHapus
  8. Keren emang kakak satu ini. Gasss belajar banyak kelas, banyak bidang sekaligus. Dah kaya toserba kan, apa² bisa menyediakan.. Hehe

    BalasHapus
  9. Blogger jangan hanya pandai menulis. Blogger juga perlu bisa bicara di khalayak ramai. Secara blogger dah banyak dan menguasai materi, jadi kudu bisa public speaking agar informasi bisa disampaikan kepada kawan, ataupun orang lain

    BalasHapus
  10. jujur...kalau saya diminta memilih mending nulis atau bicara..saya lebih memilih menulis...tapi jujur juga kalau diminta bicara di sebuah acara saya dengan hati menerimanya buat meningkatkan skill bicara saya di depan umum.

    BalasHapus
  11. menulis dan bicara sama-sama penting . Dua kemampuan itu ahrus terus diasah. Semangaat

    BalasHapus